19 Mar 2014

Dying Will~ [Pt. 2]

Kegiatan perkuliahan selesai pada pukul 12.50. Saya menuju kantin sendirian mencari makan siang, dan berharap bertemu dia. Sambil menunggu makanan, saya duduk di bangku paling pojok jauh dari kerumunan. Tiba-tiba datang seorang anak kecil mengajakku bermain, "kak, ayo duel main FlappyBird".

"Kakak mau main denganku?", tanya anak kecil itu. "Ya tentu saja. Mau bermain apa?", tukasku. "Kita main rusian roullette, tp pakai pistol mainan ini.", jelas si anak kecil itu. Anak itu membuktikan peluru yang digunakan. Benar-benar puluru mainan yang biasa dijual pada anak-anak. "Jadi permainannya, saya akan taruh satu peluru. Kemudian kita bergantian menembak ke kepala yang tertembak kalah. Cukup mudah dipahami, mbok?", anak itu menjelaskan setelah mengisi pistol dengan satu peluru.

Entah mengapa saya merasa deg degan melakukan permainan ini. "Ok saya coba pertama", saya mencoba menarik pelatuknya. Duaarr. Nging~. Saya merasa tertembak, dan terasa panas. "Ternyata yang dipakai peluru beneran. Inikah akhir hidup saya yang begitu biasa". Mungkin semua orang tidak akan menghiraukanku yang biasa ini mati mengenaskan di kantin dengan peluru menembus kepala. Saya belum sempat mengatakan bahwa saya cinta kamu. Setelah kematian ini saya akan mengawasimu dari kejauhan, saya akan menjadi malaikat penjagamu.

Tiba-tiba saya merasa tubuhku bagitu panas. Selanjutnya tanpa sadar saya sudah kembali hidup. Terasa aliran yang membara dari dalam tubuhku. Muncul rasa keberanian dalam tubuhku untuk mengatakan cinta kepada dia. Semangat yang menggebu-gebu muncul begitu saja.

Saya terus berlari tanpa bisa berhenti. Di dalam kepalaku, hanya ada dia seorang yang harus saya temui. Pandanganku terus menyelusuri orang-orang sekitar. Ada yang sedang dikeramain, sendiri, duduk santai, ya saya terus mencari.

Tiba-tiba sekelebat bayangan dia terlihat di dalam keramaian. Segera saya berlari menghampirinya. "Asami, Asami, hoi, Asami", teriak saya dari kejauhan. Menerobos kerumunan, lalu memagang tanganya menjauh dari keramaian. "Eh? Reo?", tampak jelas wajahnya memerah, dan penuh kebingungan. Setelah sedikit menjauh, "Asami saya mencintaimu. Senyum indahmu tidak bisa saya lupakan", tiba-tiba terucap begitu saja tanpa saya sadari. Apa yang saya pikirkan terucap begitu saja. Wajah Asami semakin merah. "A-a-apa maksudmu?", wajah bingung dia sekaligus malunya, benar-benar imut. Lalu saya mengulangi perkataanku, "Saya mencintaimu". Terjadi kesunyian diantara kita berdua. Entah mengapa saya kehilangan keberanianku.

"Ka-kamu serius mengatakannya?", tanya dia malu. "Sa-sa-saya...", kenapa tiba-tiba saya bisa menjawabnya, "Sa-saya serius". Tiba-tiba Asami tersenyum, wajahnya dekat sekali denganku. Dia benar-benar cantik. "Reo saya juga", kata Asami sedikit pelan. Otak saya berpikir dua kali untuk memahami apa maksud perkataannya, bodoh sekali saya.

Hari itu benar-benar hari yang sangat luar biasa dalam hidupku. Saya berhasil mengatakan apa yang benar-benar saya ingin ungkapkan. Setelah saya memahami, ternyata peluru itu adalah peluru dying will, yaitu kamu akan dihidupkan kembali dan melakukan hal yang kamu sesali sebelum mati. Saya dan Asami hidup bahagia selamanya.

3 komentar:

  1. Aku bingung koy, kenapa tiba-tiba anak kecil itu jadi mengajak Reo untuk bermain Russian Roulette? Padahal, awalnya ia mengajak Reo duel Falappy Bird.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh iya, penggunaan kata gantinya ga konsisten koy. sebaiknya gunakan "aku" atau "saya" saja. jangan gunakan keduanya bergantian dalam satu cerita.

      Hapus
    2. aslinya russian roulette, Sepertina harus saya hapus aja yang flappy bird

      Hapus

Ayo komentarnya. Mungkin bisa jadi masukan untuk saya.